PENDAHULUAN
Pergaulan bebas menjadi
masalah yang semakin meningkat di era modern ini. Pergaulan bebas remaja dapat
menimbulkan dampak negatif yang sangat besar baik bagi remaja itu sendiri
maupun bagi masyarakat disekitarnya. Dengan berbagai faktor yang menimbulkan
pergaulan remaja saat ini menjadi isu yang harus diatasi. Remaja cenderung
melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
tindakan yang tepat untuk mengatasi pergaulan bebas remaja tersebut.
Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan adalah melalui peran orangtua Kristen dalam membimbing dan
mengarahkan anak-anak mereka agar terhindar dari pergaulan bebas. Dalam
tindakan tersebut orangtua berperan sebagi wakil Allah yang menerima mandat
untuk menasihati anak-anaknya yang sudah berusia remaja. Sebagai orangtua mereka harus mampu
membimbing anak-anak mereka agar terhindar dari perilaku yang menyimpang yang
membawa hidup mereka semakin menjauh dari Tuhan.
Orangtua Kristen perlu
memperhatikan pergaulan anak-anaknya dalam lingkungan sosial, memberikan
Pendidikan agama yang benar, dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak
mereka. Mengajarkan ajaran yang mengandung nilai keagamaan menurut Kristen.
Karena sudut pandang dari nilai kekristenan adalah pentingnya hidup berdasarkan
ajaran agama Kristen.
Pengertian Pergaulan Bebas dan Remaja
Sebelum menyelidiki
arti dari pergaulan bebas, terlebih dahulu kita pahami siapa yang disebut
remaja. Pengertian remaja sendiri adalah masa atau proses transisi yang terjadi
dari masa anak-anak ke masa remaja yaitu dari umur 10 sampai 12 tahun dan
berakhir pada saat usia 18 tahun hingga 20 tahun.
Untuk itu para remaja
yang sudah memasuki fase ini sudah mulai mencari jati dirinya yaitu mulai
berinteraksi dengan remaja yang lain bahkan orang dewasa yang ia temui dalam
kehidupannya sehari-hari. Pergaulan remaja ini sangat penting karena membantu
remaja dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain dan mencari tahu
tentang banyak hal yang menambah keterampilan dan pengetahuannya untuk masa
depannya sendiri.
Diatas telah dijelaskan
tetang pengertian remaja. Sekarang mari kita perhatikan apa yang disebut dengan
pergaulan bebas. Secara etimologi, kata "pergaulan bebas" terdiri
dari dua kata, yaitu "pergaulan" dan "bebas". Kata
"pergaulan" berasal dari bahasa Indonesia yang memiliki akar kata
"gaul" yang berarti berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
Secara umum, "pergaulan" merujuk pada interaksi sosial dan hubungan
antarindividu. Sementara kata "bebas" juga berasal dari bahasa
Indonesia yang menggambarkan keadaan atau situasi yang tidak terikat atau tidak
terbatas oleh aturan, norma, atau pembatasan tertentu. "Bebas"
seringkali dikaitkan dengan kebebasan individu untuk mengambil keputusan dan
bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri. Dari pengertian kedua kata
tersebut maka secara etimologi, "pergaulan bebas" mengacu pada
interaksi sosial di mana individu memiliki kebebasan dan kelonggaran untuk
berhubungan dengan orang lain tanpa banyak batasan atau pembatasan yang
mengikat. Istilah ini cenderung menggambarkan situasi di mana individu memiliki
kebebasan dalam berekspresi, mengambil keputusan, atau menjalin hubungan dengan
sedikit campur tangan dari norma sosial atau aturan yang kaku.
Bila dilihat dari
pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa pergaulan bebas adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan pola interaksi sosial yang lebih bebas dan
terbuka dalam hubungan antarindividu. Situasi yang terjadi dalam kehidupan
individua adalah adanya hubungan tanpa batasan atau aturan yang ketat yang
mengatur perilaku mereka. Dalam konteks pergaulan bebas, individu cenderung
lebih bebas untuk mengekspresikan diri, mengambil keputusan, dan menjalin
hubungan tanpa terikat oleh norma sosial yang kaku atau konvensi yang
membatasi. Wujudnyata dalam prakteknya seperti kebebasan dalam berpakaian,
berbicara terbuka tentang topik yang dianggap tabu, atau menjalin hubungan
tanpa ikatan yang jelas, menggunakan alcohol atau minum-minuman keras, narkoba
dan lain-lain sebagainya.
Pergaulan bebas remaja
adalah suatu kasus yang semakin mengkhawatirkan terutama bagi remaja yang telah
terjerat dengan perilaku-perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat.
1. Kurangnya
pengawasan orangtua
Remaja
bisa jatuh dalam pergaulan bebas karena salah satu faktor yaitu kurangnya
pengawasan orangtua terhadap remaja tersebut. Hal ini terjadi karena kurang
perhatian dan bimbingan terhadap remaja sehingga membuat remaja itu sering
bergaul diluar kebebasannya sendiri karena tidak ada yang mengontrol dan
mengawasinya. Kemudian di dalam keluarga itu sendiri memiliki hubungan yang
tidak sehat. Akibatnya terjadi hambatan komunikasi dengan orangtua sehingga
remaja ini hanya senang mencari kehidupan untuk menyenangkan hatinya diluar
rumah atau lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman sebayanya dengan
bersenang-senang. Karena remaja ini merasa bahwa ia tidak punya kehidupan dalam
keluarganya sendiri sehingga ia mencari kesenangan bersama teman-temannya.
2. Lingkungan
Jika
lingkungan yang ia tinggali adalah lingkungan yang kurang terawat atau terdapat
kelompok-kelompok sosial yang berisiko, itu membuat ia rentan terlibat dalam
pergaulan bebas. Ketika ia terlibat dengan kelompok-kelompok kecil yang membuat
remaja ini terpengaruh dengan kebiasaan yang sering dilakukan misalnya alkohol,
merokok, dan bahkan narkoba yang membuat remaja ini tergoda untuk melakukan
perilaku penyimpangan tersebut.
3. Teman
sebaya
Teman sebaya yang dimaksudkan adalah teman
yang sama-sama remaja namun memiliki cara hidup yang terlibat dalam pergaulan
bebas, hidup dengan kebiasaan yang bebas, maka ia akan terdorong dan bergabung
mengikuti teman-temannya misalnya seperti melakukan seks bebas karena sudah
terpengaruh dengan kelompok-kelompok teman sebayanya yang membawanya kepada
kenikmatan seksual yang membuat pikirannya merasa bahwa hal tersebut ia
nikmati.
4. Media
sosial
Penggunaan
media sosial juga dapat mengakibatkan pergaulan remaja. Dengan adanya teknologi
media sosial (hp, laptop dan sebagainya) para remaja cenderung fokus kepada
media yang ada karena bagi mereka sebagai remaja punya keingintahuan yang
tinggi tentang teknologi dalam memperoleh informasi baru dari media sosial.
Tetapi terkadang remaja salah menggunakan teknologi atau, media yang mereka
gunakan untuk menonton konten-konten negatif, melihat gambar-gambar yang berbau
pornografi yang membuat pola kognitif mereka tidak sehat dan sikap perilaku
mereka berbeda dengan sebelumnya karena mereka terpengaruh oleh hal negatif
tersebut. Jadi mereka sulit untuk berpikir karena dipikiran mereka hanya
bayang-bayang hal negatif yang menghambat pikiran mereka. Bahkan baru-baru
terdengar dalam berita bahwa ada anak remaja yang menjalin kasih dengan lawan
jenis di dunia maya.
5. Pendidikan
Dalam
hal ini remaja yang kurang mendapat Pendidikan yang baik akan lebih rentan
jatuh dalam pergaulan bebas karena ia tidak mengerti nilai-nilai dan etika
dalam bergaul dan berhubungan sosial. Selain itu juga remaja yang kurang
Pendidikan akan lebih muda dipengaruhi oleh teman-temannya karena ia tidak
mengerti bahkan diajak untuk melakukan hal yang diluar pengetahuannya pasti dia
akan ikut. Sehingga ia jatuh dalam pergaulan bebas dalam hubungan seksual yang
tidak bertanggung jawab dan penggunaan narkoba.
Dari berbagai
faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan bebas remaja dapat kita lihat bahwa
remaja rentan terjerumus kedalam pergaulan bebas karena mereka kurang
diperhatikan, tidak mendapat arahan dan bimbingan sehingga mereka berjalan
sendiri mengikuti keinginan mereka sendiri, mereka menikmati kebebasan untuk
melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai keagamaan yang
diterapkan dalam masyarakat. Untuk itu perlu adanya pengawasan dari orangtua
yang berperan mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak- anak remaja yang
berpendidikan, bermoral dan berperilaku sesuai nilai/norma, dan agama yang
diajarkan.
Perspektif Kristen Tentang Pergaulan Remaja Yang Sehat
Dalam Alkitab tidak menjelaskan
secara gamblang tentang pergaulan yang sehat dan padangannya tentang pergaulan
bebas anak remaja. Namun dari beberapa ayat Alkitab mengindikasikan bahwa
setiap orang itu perlu menjaga pergaulannya, misalnya dalam 1 Timotius 4:12, 1
Korintus 15:33, Imamat 20:26, 1 Korintus 6:18.
Ajaran Kristen
menekankan pentingnya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang
diajarkan dalam Alkitab. Tuhan Yesus melalui ajarannya dalam Alkitab
mengingatkan setiap orang percaya untuk tetap hidup dalam kebenaran, kesucian
dan kekudusan. Alkitab adalah firman Tuhan yang hidup, yang mampu memberikan
penerangan bagi setiap orang yang percaya dalam pengambilan sikap.
Dalam ajaran Kristen,
pergaulan yang melampaui batas-batas yang ditetapkan oleh Tuhan dapat dianggap
bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dianut. Maka ketika kita bicara
tentang pergaulan bebas maka jelas ini merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan ajran Kristen oleh karena perbuatan ini merusak kekudusan Allah dalam
dirinya. Ajaran Kristen mendorong umatnya untuk hidup dalam ketaatan terhadap
kehendak Tuhan dan menunjukkan kasih kepada sesama.
Pergaulan bebas yang
melibatkan perilaku amoral, seperti seks di luar pernikahan, penyalahgunaan
alkohol atau obat-obatan terlarang, atau mengambil keuntungan dari orang lain,
dapat dianggap bertentangan dengan ajaran Kristen. Kristen mengajarkan pentingnya
menjaga kesucian, menghormati hubungan pernikahan, dan bertindak dengan
integritas dalam hubungan sosial.
Peran Orangtua Kristen Dalam Mengontrol Pergaulan
Remaja
Gunarsa menilai bahwa pada hakekatnya, para orangtua mempunyai harapan
agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu
membedakan yang baik dan yang tidak baik dan tidak mudah terjerumus dalam
perilaku yang merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain.
Bila orang tua Kristen yang memiliki anak remaja mau menolong anaknya
terhindar dari pergaulan bebas atau melakukan pencegahan sedini mungkin maka
ada peran-peran yang harus dilakukan oleh orang tua. Peran-peran yang
dimaksudkan antara lain:
1.
Perannya
sebagai orang tua (wakil Allah)
Setiap anak sebenarnya anugrah maupun pemberian Allah. Ketika Allah
memberikan berkatnya maka ada sebuah tanggung jawab yang harus dipenui oleh
sipenerima berkat itu. Kita masih ingat perintah Allah pada Adam dan Hawa dalam
kitab kejadian bahwa beranak cuculah dan bertambah banyak. Lalu Allah juga
memberikan perintah agar manusia memelihara semua ciptaan Allah lainya. Maka
dari perintah ini terseirat bahwa manusia tidak saja hanya menerima berkat
tetapi juga Tuhan meminta tanggung jawab dari manusia itu sendiri. Maka sebagai
orang tua yang sudah dipercayakan oleh Tuhan seorang atau beberapa anak maka
hendak ia menyadari bahwa iapun juga harus bertanggung jawab memelihara anak
yang diberikan Tuhan kepadanya. Sandang, pangan papan harus terpenuhi.
Kebutuhan mendasar setiap manusia juga mesti terpenuhi. Bila ada dapa
memperolehnya dalam keluarga dalam hal ini dari kedua orang tuanya maka anak
tidak lagi akan mencari pelarian di luar bahkan justru anak akan menjadi berkat
bagi teman-temanya di luar.
2.
Perannya
sebagai pendidik.
Pendidikan yang dimaksudkan bukan saja hanya Pendidikan formal tetapi
juga pendidina non formal. Pendidikan formal dilakukan oleh guru di Sekolah,
tetapi orang tua juga memiliki peran dalam mendidik anaknya. Alkitab
menyebutkan “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6).
Demikian juga dalam Amsal 29:17 tercatat demikian “Didikalh anakmu, maa ia akan
memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”. Dari kedua
ayat ini jelas peran orang tua untuk mendidik anak. Didikan yang diberikan
orang tua sejak awal akan menentukan arah hidupnya kedepan. Pendidikan yang
diberikan oleh orang tua kepada anak dapat berupa Pendidikan moral, Pendidikan
karakter dan Pendidikan kerohanian. Bila sejak kecil anak mendapatkan
Pendidikan ini maka akan menjadi pembiasaan bagi anak untuk hidup sesuai dengan
aturan moral, karakter dan kerohanian. Jika orangtua menginginkan yang terbaik
bagi anak remajanya maka sejak berusia dini orangtua harus menegakkan
kedisiplinan sebagai arahan ketika menginjak usia remaja ia bisa membedakan hal
yang baik dan hal yang buruk. Orangtua harus lebih menjelaskan batasan secara
tegas untuk melangkah dengan kepastian. Dan dalam ketegasan itu juga dilandaskan
dengan kasih sayang agar tidak menghambat kemajuannya dalam berjalan menuju
tujuan yang benar.
Jadi, bilamana keluarga yang teratur dan hidup dalam damai sejahtera,
seorang anak remaja juga akan bertumbuh sesuai dengan pola hidup keluarganya.
Mengembangkan sikap sosial yang baik terhadap orang lain, dan berperilaku yang
baik juga. Di dalam kehidupan keluarga yang baik, anak remaja akan diajarkan
apa yang menjadi haknya, kewajibannya, serta tanggungjawabnya. Sehingga ia
tumbuh menjadi remaja yang punya pegangan, sikap dan otoriter dan mampu
menghargai orang yang lebih tua. Kebiasaan- kebiasaan yang mampu merubah
perilakunya.
3.
Perannya
sebagai teladan.
Tak dapat dipungkiri satu hal ini bahwa mudah untuk berkata-kata tetapi
sulit untuk melakukan. Terkadang orang tua memberikan pengajaran, Pendidikan
kepada anak namun hanya Sebatas teori, dalam kehidupan orang tua jauh dari apa
yang diajarkan kepada anaknya. Sering kali inilah yang membuat anak merasa
tidak terlalu penting ajaran dan didikan yang diberikan orang tuanya. Orang tua
Kristen harus tahu bahwa sudah menjadi natur manusis untuk lebih mudah
melakukan apa yang dilihatnya dari orang lain daripada dia melakukan apa yang
diajarkan atau diperintahkan oleh orang lain. Karena itu keteladanan dari
setiap orang tua sangat diperlukan oleh anak agar ia bertumbuh dan mengalami
perubahan dalam hidup dengan melihat contoh hidup dari orang tuanya. Orangtua
mewariskan ajaran iman sebagai amanat dari Tuhan bagi anak remaja agar mereka
bertumbuh menjadi anak yang tidak menyimpang dari jalan yang benar (2 Timotius
1:5). Orangtua sebagai teladan dalam mengajarkan firman Tuhan.
Orangtua yang baik adalah pasangan yang menempatkan dirinya untuk
menjadi teladan dan harapan bagi keluarga dan anak-anak.
Menjadi orangtua merupakan hal yang sulit untuk memikirkan cara dalam
memberi teladan yang tepat. Orangtua yang takut akan Tuhan tidak pernah
mengajarkan hal yang salah terhadap anak-anaknya. Teladan yang baik adalah
mampu membimbing anak-anak dalam mengasihi dan menghargai kehidupan yang
dihadapi baik ataupun buruk. dengan begitu anak-anak bisa melihat porsi
kehidupan keluarganya sendiri. jadi, seiring berjalannya waktu gaya hidup anak
remaja bisa berubah sesuai dengan teladan yang diberikan oleh orangtuanya. Dan
yang terpenting adalah teladan itu dapat memberikan efek bagi anak remaja
tersebut, dan dapat merasakan rasa aman, pertumbuhan emosi yang baik, mencintai
dirinya sendiri.
Orangtua harus menjadi figur dalam memberi kenyamanan dalam menolong
anak memahami kebenaran akan Allah.
PENUTUP
Pergaulan bebas remaja
sangat rentan membawa mereka terikat ke dalam perilaku-perilaku yang menyimpang
karena faktor pergaulan yang salah berdasarkan faktor lingkungan, teman-teman
sebayanya yang bergaul dengan tidak teratur artinya bahwa dengan kebebasan
itulah dapat memicu seorang remaja untuk ikut bergaul dalam pergaulan itu.
Disini peran orangtua
menjadi faktor utama dalam mengontrol pergaulan anak remajanya. Karena dengan
didikan dan bimbingan orangtua anak remaja bisa mengikuti apa yang diajarkan
kedua orangtua. Dengan arahan yang membawa anak remaja semakin hari-semakin takut
akan Tuhan dan mencintai Tuhan seumur hidupnya. Firman Tuhan menjadi salah satu
alasan untuk mencegah pergaulan bebas remaja, karena dengan Firman Tuhan, iman
remaja dapat bertumbuh dan berkembang bersama apa yang ia rasakan bersama
Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Arruan, D. (2020). implementasi BK
sebagai pemimpin generasi muda kristen dakam hal berpacaran.
Christian Bayu prakoso, a. s. (2020). LGBT dalam perspektif
Alkitab sebagai landasan membentuk paradigma etika kristen terhadap pergaulan
orang percaya. jurnal teologi, 5.
Dr. Suriani, M. (2022). tanggungjawab orangtua dalam
pendidikan rohani anak-anak berdasarkan ulangan 6:5-7 serta peranan teori
memori dan gelombang otak. sumatera barat: PT INSAN CENDEKIA MANDIRI.
Hafri khaidir anwar, m. m. (2019). analisis faktor-faktor
penyebab terjadinya pergaulan bebas pada remaja dikota banda Aceh. Jurnal
ilmiah mahasiswa bimbingan dan konseling.
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, D. N. (1985). psikologi
perkembangan anak dan remaja. jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Rosita Ginting, D. y. (2020). faktor-faktor yang mempengaruhi
pergaulan bebas pada remaja di SmK SWASTA JAYA KRAMA BERINGIN KECAMATAN
BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG. JURNAL KESEHATAN MASYRAKAT DAN GIZI,
134.
Sibarani, y. (2021). peran orantua dalam mewariskan iman bagi
pembinaan rohani anak remaja. jurnal Gamaliel, teologi praktika, 30.
Singgih D. Gunarsa, Y. S. (2004). psikologi praktis: anak,
remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Tari, E. (2019). tinjauan teologis- sosiologis terhadap
pergaulan bebas remaja. jurnal teologi dan pendidikan kristiani, 201.
Telaumbanua, a. (2022). perspektif etika kristen tentang
standar mengasihi dan penerapannya bagi orang kristen masa kini. jurnal
teologi sistematika dan praktika, 237.
Penulis Oleh: Silfa Susanti Selly
(Mahasiswa Prodi PAK STTIAA)
0 Komentar