Pergaulan Bebas Remaja

 


PENDAHULUAN

Pergaulan bebas menjadi masalah yang semakin meningkat di era modern ini. Pergaulan bebas remaja dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat besar baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi masyarakat disekitarnya. Dengan berbagai faktor yang menimbulkan pergaulan remaja saat ini menjadi isu yang harus diatasi. Remaja cenderung melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.  Oleh karena itu diperlukan tindakan yang tepat untuk mengatasi pergaulan bebas remaja tersebut.

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melalui peran orangtua Kristen dalam membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka agar terhindar dari pergaulan bebas. Dalam tindakan tersebut orangtua berperan sebagi wakil Allah yang menerima mandat untuk menasihati anak-anaknya yang sudah berusia remaja.  Sebagai orangtua mereka harus mampu membimbing anak-anak mereka agar terhindar dari perilaku yang menyimpang yang membawa hidup mereka semakin menjauh dari Tuhan.

Orangtua Kristen perlu memperhatikan pergaulan anak-anaknya dalam lingkungan sosial, memberikan Pendidikan agama yang benar, dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Mengajarkan ajaran yang mengandung nilai keagamaan menurut Kristen. Karena sudut pandang dari nilai kekristenan adalah pentingnya hidup berdasarkan ajaran agama Kristen.

 

Pengertian Pergaulan Bebas dan Remaja

Sebelum menyelidiki arti dari pergaulan bebas, terlebih dahulu kita pahami siapa yang disebut remaja. Pengertian remaja sendiri adalah masa atau proses transisi yang terjadi dari masa anak-anak ke masa remaja yaitu dari umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir pada saat usia 18 tahun hingga 20 tahun. (Tari, 2019). Pada masa transisi ini bukan saja umur yang semakin bertambah tetapi mereka juga mengalami perubahan pada fase-fase kehidupan secara fisik. Pada umumnya  remaja ini disebut masa pubertas, dimana remaja itu akan merasa bahwa dirinya bukan lagi menjadi anak-anak tetapi sudah melewati tahap dimana ia harus memasuki usia remaja. Masa pubertas atau proses transisi dari remaja laki-laki adalah ia mengalami mimpi basah, tumbuh rambut-rambut halus di kemaluan dan lain sebagainya yang menandakan bahwa ia sedang mengalami perubahan fisik atau kematangan fisik dalam dirinya. Hal yang sama pula terjadi dalam remaja perempuan yaitu dengan mengalami menstruasi, membesarnya payudara, dan juga pinggul terlihat membesar. Itu beberapa perubahan fisik dari remaja perempuan.

Untuk itu para remaja yang sudah memasuki fase ini sudah mulai mencari jati dirinya yaitu mulai berinteraksi dengan remaja yang lain bahkan orang dewasa yang ia temui dalam kehidupannya sehari-hari. Pergaulan remaja ini sangat penting karena membantu remaja dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain dan mencari tahu tentang banyak hal yang menambah keterampilan dan pengetahuannya untuk masa depannya sendiri.

Diatas telah dijelaskan tetang pengertian remaja. Sekarang mari kita perhatikan apa yang disebut dengan pergaulan bebas. Secara etimologi, kata "pergaulan bebas" terdiri dari dua kata, yaitu "pergaulan" dan "bebas". Kata "pergaulan" berasal dari bahasa Indonesia yang memiliki akar kata "gaul" yang berarti berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Secara umum, "pergaulan" merujuk pada interaksi sosial dan hubungan antarindividu. Sementara kata "bebas" juga berasal dari bahasa Indonesia yang menggambarkan keadaan atau situasi yang tidak terikat atau tidak terbatas oleh aturan, norma, atau pembatasan tertentu. "Bebas" seringkali dikaitkan dengan kebebasan individu untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri. Dari pengertian kedua kata tersebut maka secara etimologi, "pergaulan bebas" mengacu pada interaksi sosial di mana individu memiliki kebebasan dan kelonggaran untuk berhubungan dengan orang lain tanpa banyak batasan atau pembatasan yang mengikat. Istilah ini cenderung menggambarkan situasi di mana individu memiliki kebebasan dalam berekspresi, mengambil keputusan, atau menjalin hubungan dengan sedikit campur tangan dari norma sosial atau aturan yang kaku.

Bila dilihat dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa pergaulan bebas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola interaksi sosial yang lebih bebas dan terbuka dalam hubungan antarindividu. Situasi yang terjadi dalam kehidupan individua adalah adanya hubungan tanpa batasan atau aturan yang ketat yang mengatur perilaku mereka. Dalam konteks pergaulan bebas, individu cenderung lebih bebas untuk mengekspresikan diri, mengambil keputusan, dan menjalin hubungan tanpa terikat oleh norma sosial yang kaku atau konvensi yang membatasi. Wujudnyata dalam prakteknya seperti kebebasan dalam berpakaian, berbicara terbuka tentang topik yang dianggap tabu, atau menjalin hubungan tanpa ikatan yang jelas, menggunakan alcohol atau minum-minuman keras, narkoba dan lain-lain sebagainya.

Pergaulan bebas remaja adalah suatu kasus yang semakin mengkhawatirkan terutama bagi remaja yang telah terjerat dengan perilaku-perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. (hafri khaidir anwar, 2019) pertanyaan penting adalah mengapa pergaulan bebas remaja tidak bisa dituntaskan, sekalipun sudah ada aturan, norma, bahkan tidak jarang remaja terjerat hukum karena pergaulan bebas ini, namun kenyataannya kasus-kasus pergaulan bebas remaja ini belum bisa diberantas. Yang ada adalah semakin menjadi-jadi bahkan remaja terang-terangan melakukan pebuatan yang tidak baik di depan umum bahkan di depan orang tua dan keluarganya. Pada artikel ini penulis memperlihatkan beberapa faktor yang mungkin saya dapat menyebabkan kenakalan remaja tidak berhenti.

1.    Kurangnya pengawasan orangtua

Remaja bisa jatuh dalam pergaulan bebas karena salah satu faktor yaitu kurangnya pengawasan orangtua terhadap remaja tersebut. Hal ini terjadi karena kurang perhatian dan bimbingan terhadap remaja sehingga membuat remaja itu sering bergaul diluar kebebasannya sendiri karena tidak ada yang mengontrol dan mengawasinya. Kemudian di dalam keluarga itu sendiri memiliki hubungan yang tidak sehat. Akibatnya terjadi hambatan komunikasi dengan orangtua sehingga remaja ini hanya senang mencari kehidupan untuk menyenangkan hatinya diluar rumah atau lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-teman sebayanya dengan bersenang-senang. Karena remaja ini merasa bahwa ia tidak punya kehidupan dalam keluarganya sendiri sehingga ia mencari kesenangan bersama teman-temannya.

2.    Lingkungan

Jika lingkungan yang ia tinggali adalah lingkungan yang kurang terawat atau terdapat kelompok-kelompok sosial yang berisiko, itu membuat ia rentan terlibat dalam pergaulan bebas. Ketika ia terlibat dengan kelompok-kelompok kecil yang membuat remaja ini terpengaruh dengan kebiasaan yang sering dilakukan misalnya alkohol, merokok, dan bahkan narkoba yang membuat remaja ini tergoda untuk melakukan perilaku penyimpangan tersebut.

 

3.    Teman sebaya

Teman sebaya yang dimaksudkan adalah teman yang sama-sama remaja namun memiliki cara hidup yang terlibat dalam pergaulan bebas, hidup dengan kebiasaan yang bebas, maka ia akan terdorong dan bergabung mengikuti teman-temannya misalnya seperti melakukan seks bebas karena sudah terpengaruh dengan kelompok-kelompok teman sebayanya yang membawanya kepada kenikmatan seksual yang membuat pikirannya merasa bahwa hal tersebut ia nikmati.

4.    Media sosial

Penggunaan media sosial juga dapat mengakibatkan pergaulan remaja. Dengan adanya teknologi media sosial (hp, laptop dan sebagainya) para remaja cenderung fokus kepada media yang ada karena bagi mereka sebagai remaja punya keingintahuan yang tinggi tentang teknologi dalam memperoleh informasi baru dari media sosial. Tetapi terkadang remaja salah menggunakan teknologi atau, media yang mereka gunakan untuk menonton konten-konten negatif, melihat gambar-gambar yang berbau pornografi yang membuat pola kognitif mereka tidak sehat dan sikap perilaku mereka berbeda dengan sebelumnya karena mereka terpengaruh oleh hal negatif tersebut. Jadi mereka sulit untuk berpikir karena dipikiran mereka hanya bayang-bayang hal negatif yang menghambat pikiran mereka. Bahkan baru-baru terdengar dalam berita bahwa ada anak remaja yang menjalin kasih dengan lawan jenis di dunia maya.

5.    Pendidikan

Dalam hal ini remaja yang kurang mendapat Pendidikan yang baik akan lebih rentan jatuh dalam pergaulan bebas karena ia tidak mengerti nilai-nilai dan etika dalam bergaul dan berhubungan sosial. Selain itu juga remaja yang kurang Pendidikan akan lebih muda dipengaruhi oleh teman-temannya karena ia tidak mengerti bahkan diajak untuk melakukan hal yang diluar pengetahuannya pasti dia akan ikut. Sehingga ia jatuh dalam pergaulan bebas dalam hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab dan penggunaan narkoba.

Dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan bebas remaja dapat kita lihat bahwa remaja rentan terjerumus kedalam pergaulan bebas karena mereka kurang diperhatikan, tidak mendapat arahan dan bimbingan sehingga mereka berjalan sendiri mengikuti keinginan mereka sendiri, mereka menikmati kebebasan untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai keagamaan yang diterapkan dalam masyarakat. Untuk itu perlu adanya pengawasan dari orangtua yang berperan mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak- anak remaja yang berpendidikan, bermoral dan berperilaku sesuai nilai/norma, dan agama yang diajarkan.

 

Perspektif Kristen Tentang Pergaulan Remaja Yang Sehat

Dalam Alkitab tidak menjelaskan secara gamblang tentang pergaulan yang sehat dan padangannya tentang pergaulan bebas anak remaja. Namun dari beberapa ayat Alkitab mengindikasikan bahwa setiap orang itu perlu menjaga pergaulannya, misalnya dalam 1 Timotius 4:12, 1 Korintus 15:33, Imamat 20:26, 1 Korintus 6:18.

Ajaran Kristen menekankan pentingnya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang diajarkan dalam Alkitab. Tuhan Yesus melalui ajarannya dalam Alkitab mengingatkan setiap orang percaya untuk tetap hidup dalam kebenaran, kesucian dan kekudusan. Alkitab adalah firman Tuhan yang hidup, yang mampu memberikan penerangan bagi setiap orang yang percaya dalam pengambilan sikap. (christian Bayu prakoso, 2020) Demikian juga dalam etika Kristen mengajarkan Tindakan dan perbuatan manusia yang berstandar pada Alkitab. (telaumbanua, 2022)

Dalam ajaran Kristen, pergaulan yang melampaui batas-batas yang ditetapkan oleh Tuhan dapat dianggap bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dianut. Maka ketika kita bicara tentang pergaulan bebas maka jelas ini merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajran Kristen oleh karena perbuatan ini merusak kekudusan Allah dalam dirinya. Ajaran Kristen mendorong umatnya untuk hidup dalam ketaatan terhadap kehendak Tuhan dan menunjukkan kasih kepada sesama.

Pergaulan bebas yang melibatkan perilaku amoral, seperti seks di luar pernikahan, penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, atau mengambil keuntungan dari orang lain, dapat dianggap bertentangan dengan ajaran Kristen. Kristen mengajarkan pentingnya menjaga kesucian, menghormati hubungan pernikahan, dan bertindak dengan integritas dalam hubungan sosial.

 

Peran Orangtua Kristen Dalam Mengontrol Pergaulan Remaja

Gunarsa menilai bahwa pada hakekatnya, para orangtua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan yang baik dan yang tidak baik dan tidak mudah terjerumus dalam perilaku yang merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain. (Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, 1985) dari penyataan ini membuka pemikiran bahwa tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anakya jatuh dan hancur masa depannya. Hanya saja orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, terlalu memberi kepercayaan kepada anak tanpa pengontrolan dan yang yang lebih penting keteladanan dalam dari figur seorang bapak ataupun ibu hamper tidak terlihat bagi anak.

Bila orang tua Kristen yang memiliki anak remaja mau menolong anaknya terhindar dari pergaulan bebas atau melakukan pencegahan sedini mungkin maka ada peran-peran yang harus dilakukan oleh orang tua. Peran-peran yang dimaksudkan antara lain:

1.    Perannya sebagai orang tua (wakil Allah)

Setiap anak sebenarnya anugrah maupun pemberian Allah. Ketika Allah memberikan berkatnya maka ada sebuah tanggung jawab yang harus dipenui oleh sipenerima berkat itu. Kita masih ingat perintah Allah pada Adam dan Hawa dalam kitab kejadian bahwa beranak cuculah dan bertambah banyak. Lalu Allah juga memberikan perintah agar manusia memelihara semua ciptaan Allah lainya. Maka dari perintah ini terseirat bahwa manusia tidak saja hanya menerima berkat tetapi juga Tuhan meminta tanggung jawab dari manusia itu sendiri. Maka sebagai orang tua yang sudah dipercayakan oleh Tuhan seorang atau beberapa anak maka hendak ia menyadari bahwa iapun juga harus bertanggung jawab memelihara anak yang diberikan Tuhan kepadanya. Sandang, pangan papan harus terpenuhi. Kebutuhan mendasar setiap manusia juga mesti terpenuhi. Bila ada dapa memperolehnya dalam keluarga dalam hal ini dari kedua orang tuanya maka anak tidak lagi akan mencari pelarian di luar bahkan justru anak akan menjadi berkat bagi teman-temanya di luar.

 

2.    Perannya sebagai pendidik.

Pendidikan yang dimaksudkan bukan saja hanya Pendidikan formal tetapi juga pendidina non formal. Pendidikan formal dilakukan oleh guru di Sekolah, tetapi orang tua juga memiliki peran dalam mendidik anaknya. Alkitab menyebutkan “didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6). Demikian juga dalam Amsal 29:17 tercatat demikian “Didikalh anakmu, maa ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”. Dari kedua ayat ini jelas peran orang tua untuk mendidik anak. Didikan yang diberikan orang tua sejak awal akan menentukan arah hidupnya kedepan. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak dapat berupa Pendidikan moral, Pendidikan karakter dan Pendidikan kerohanian. Bila sejak kecil anak mendapatkan Pendidikan ini maka akan menjadi pembiasaan bagi anak untuk hidup sesuai dengan aturan moral, karakter dan kerohanian. Jika orangtua menginginkan yang terbaik bagi anak remajanya maka sejak berusia dini orangtua harus menegakkan kedisiplinan sebagai arahan ketika menginjak usia remaja ia bisa membedakan hal yang baik dan hal yang buruk. Orangtua harus lebih menjelaskan batasan secara tegas untuk melangkah dengan kepastian. Dan dalam ketegasan itu juga dilandaskan dengan kasih sayang agar tidak menghambat kemajuannya dalam berjalan menuju tujuan yang benar. (Arruan, 2020)

Jadi, bilamana keluarga yang teratur dan hidup dalam damai sejahtera, seorang anak remaja juga akan bertumbuh sesuai dengan pola hidup keluarganya. Mengembangkan sikap sosial yang baik terhadap orang lain, dan berperilaku yang baik juga. Di dalam kehidupan keluarga yang baik, anak remaja akan diajarkan apa yang menjadi haknya, kewajibannya, serta tanggungjawabnya. Sehingga ia tumbuh menjadi remaja yang punya pegangan, sikap dan otoriter dan mampu menghargai orang yang lebih tua. Kebiasaan- kebiasaan yang mampu merubah perilakunya. (Singgih D. Gunarsa, 2004)

 

3.    Perannya sebagai teladan.

Tak dapat dipungkiri satu hal ini bahwa mudah untuk berkata-kata tetapi sulit untuk melakukan. Terkadang orang tua memberikan pengajaran, Pendidikan kepada anak namun hanya Sebatas teori, dalam kehidupan orang tua jauh dari apa yang diajarkan kepada anaknya. Sering kali inilah yang membuat anak merasa tidak terlalu penting ajaran dan didikan yang diberikan orang tuanya. Orang tua Kristen harus tahu bahwa sudah menjadi natur manusis untuk lebih mudah melakukan apa yang dilihatnya dari orang lain daripada dia melakukan apa yang diajarkan atau diperintahkan oleh orang lain. Karena itu keteladanan dari setiap orang tua sangat diperlukan oleh anak agar ia bertumbuh dan mengalami perubahan dalam hidup dengan melihat contoh hidup dari orang tuanya. Orangtua mewariskan ajaran iman sebagai amanat dari Tuhan bagi anak remaja agar mereka bertumbuh menjadi anak yang tidak menyimpang dari jalan yang benar (2 Timotius 1:5). Orangtua sebagai teladan dalam mengajarkan firman Tuhan. (sibarani, 2021)

Orangtua yang baik adalah pasangan yang menempatkan dirinya untuk menjadi teladan dan harapan bagi keluarga dan anak-anak. (Dr. Suriani, 2022) Orangtua yang baik harus menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya, karena kehidupan maju mundur anak terletak pada orangtua. Orangtua yang ingin menjadi teladan adalah orangtua yang ingin melakukan yang terbaik bagi masa depan anaknya apalagi ketika anaknya sudah berusia remaja. Orangtua harus memelihara kerohanian anak remajanya, mendidik dan membimbing agar anak remaja mampu bertumbuh secara dewasa.

Menjadi orangtua merupakan hal yang sulit untuk memikirkan cara dalam memberi teladan yang tepat. Orangtua yang takut akan Tuhan tidak pernah mengajarkan hal yang salah terhadap anak-anaknya. Teladan yang baik adalah mampu membimbing anak-anak dalam mengasihi dan menghargai kehidupan yang dihadapi baik ataupun buruk. dengan begitu anak-anak bisa melihat porsi kehidupan keluarganya sendiri. jadi, seiring berjalannya waktu gaya hidup anak remaja bisa berubah sesuai dengan teladan yang diberikan oleh orangtuanya. Dan yang terpenting adalah teladan itu dapat memberikan efek bagi anak remaja tersebut, dan dapat merasakan rasa aman, pertumbuhan emosi yang baik, mencintai dirinya sendiri.

Orangtua harus menjadi figur dalam memberi kenyamanan dalam menolong anak memahami kebenaran akan Allah.

 

PENUTUP

Pergaulan bebas remaja sangat rentan membawa mereka terikat ke dalam perilaku-perilaku yang menyimpang karena faktor pergaulan yang salah berdasarkan faktor lingkungan, teman-teman sebayanya yang bergaul dengan tidak teratur artinya bahwa dengan kebebasan itulah dapat memicu seorang remaja untuk ikut bergaul dalam pergaulan itu.

Disini peran orangtua menjadi faktor utama dalam mengontrol pergaulan anak remajanya. Karena dengan didikan dan bimbingan orangtua anak remaja bisa mengikuti apa yang diajarkan kedua orangtua. Dengan arahan yang membawa anak remaja semakin hari-semakin takut akan Tuhan dan mencintai Tuhan seumur hidupnya. Firman Tuhan menjadi salah satu alasan untuk mencegah pergaulan bebas remaja, karena dengan Firman Tuhan, iman remaja dapat bertumbuh dan berkembang bersama apa yang ia rasakan bersama Tuhan.

  

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arruan, D. (2020). implementasi BK sebagai pemimpin generasi muda kristen dakam hal berpacaran.

Christian Bayu prakoso, a. s. (2020). LGBT dalam perspektif Alkitab sebagai landasan membentuk paradigma etika kristen terhadap pergaulan orang percaya. jurnal teologi, 5.

Dr. Suriani, M. (2022). tanggungjawab orangtua dalam pendidikan rohani anak-anak berdasarkan ulangan 6:5-7 serta peranan teori memori dan gelombang otak. sumatera barat: PT INSAN CENDEKIA MANDIRI.

Hafri khaidir anwar, m. m. (2019). analisis faktor-faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas pada remaja dikota banda Aceh. Jurnal ilmiah mahasiswa bimbingan dan konseling.

Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, D. N. (1985). psikologi perkembangan anak dan remaja. jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Rosita Ginting, D. y. (2020). faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan bebas pada remaja di SmK SWASTA JAYA KRAMA BERINGIN KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG. JURNAL KESEHATAN MASYRAKAT DAN GIZI, 134.

Sibarani, y. (2021). peran orantua dalam mewariskan iman bagi pembinaan rohani anak remaja. jurnal Gamaliel, teologi praktika, 30.

Singgih D. Gunarsa, Y. S. (2004). psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Tari, E. (2019). tinjauan teologis- sosiologis terhadap pergaulan bebas remaja. jurnal teologi dan pendidikan kristiani, 201.

Telaumbanua, a. (2022). perspektif etika kristen tentang standar mengasihi dan penerapannya bagi orang kristen masa kini. jurnal teologi sistematika dan praktika, 237.

 

 

Penulis Oleh: Silfa Susanti Selly

(Mahasiswa Prodi PAK STTIAA)

 

 

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar